Chaim Fetter bertemu dengan Liputan 6 dan bercerita mengenai perjalanan hidup yang membawanya ke Indonesia. Di Indonesia, Chaim pun mendirikan Yayasan Peduli Anak di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang menampung anak-anak jalanan agar memiliki masa depan cerah. Simak artikel selengkapnya berikut.
===
Sukses mengajak orang untuk memasarkan barang bekas supaya bisa menjadi pemasukan kembali lewat situs marketplace Jualo.com, di Ramadan kali ini founder dan CEO Jualo.com, Chaim Fetter, mengajak para dermawan berbagi kepedulian terhadap sesama via Yayasan Peduli Anak (YPA/pedulianak.org).
Yayasan yang dibentuk oleh Chaim ini adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang sudah berdiri sejak 10 tahun lalu serta fokus membantu anak-anak tak mampu di wilayah Nusa Tenggara Barat, khususnya pulau Lombok.
“Hasil sedekah maupun zakat tersebut nantinya akan disalurkan ke berbagai macam program di bidang pendididikan, kesehatan, kesejahteraan keluarga, dan untuk membiayai tiga asrama bagi anak-anak terlantar dan yatim piatu,” ujar pria asal Belanda ini melalui keterangan resminya, Rabu (16/4/2016).
Selama lebih dari 10 tahun, katanya, YPA tidak hanya menyekolahkan sekitar seribu anak kurang mampu di Lombok, tetapi juga memberikan bantuan kesehatan, makanan, dan advokasi bagi ribuan anak lainnya.
“Tahun 2006, saya bersama dengan teman karib mendirikan YPA di Pulau Lombok. Yayasan ini berfungsi sebagai rumah, tempat untuk mepndidik anak-anak jalanan dan kurang mampu, serta memiliki fasilitas kesehatan yang memadai dan gratis. Selama 10 tahun kami sudah membina lebih dari seribu anak agar mereka punya masa depan yang lebih baik,” kata Chaim.
Yayasan yang terletak di Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, ini dibangun di area seluas 1,5 hektar. Yayasan ini merupakan pusat perkembangan anak terbesar di Lombok.
Meskipun fokus utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup anak, YPA juga menaruh perhatian terhadap masalah sosial lainnya di Lombok.
Kecenderungan untuk menikah dini dan tingginya angka perceraian menyebabkan banyak orangtua yang menelantarkan anaknya. Sebagian besar anak-anak yang dibina YPA memiliki latar belakang tersebut.
Oleh karena itu, YPA bekerja sama dengan Kementerian Sosial RI memberikan bantuan finansial dan bimbingan untuk 250 anak-anak yang hidup dalam keluarga sangat miskin.
Biaya operasional untuk yayasan pada awalnya ditanggung oleh Chaim dan beberapa temannya. Lambat laun, ada donatur baik dari dalam maupun luar negeri yang ikut menyalurkan bantuan melalui program-program YPA.
“Kami berharap semakin banyak donatur dari Indonesia yang bergabung karena YPA memberi peluang emas bagi mereka untuk membuat perubahan di negeri sendiri, dengan membantu kelompok yang paling rentan, yaitu anak-anak tak mampu,” kata Chaim.
Saat ini terdapat tiga asrama untuk 90 mantan anak jalanan, anak kurang mampu dan telantar, satu sekolah dasar dengan sistem full day school, sekolah keterampilan, dapur umum, area bermain, lapangan olah raga, klinik, mushola, dan fasilitas pendukung lainnya.
Semua fasilitas tersebut diberikan secara cuma-cuma dan terbuka untuk anak-anak serta warga di desa-desa sekitar. YPA proyek Lombok digerakkan oleh 40 karyawan lokal ditambah tenaga sukarelawan dari seluruh dunia.